Startup, dan Leverage dalam usaha
Kita tau belakangan ini banyak startup berguguran. Bahkan di sebuah…
Sejak kecil, saya sudah bercita – cita untuk menjadi seorang wirausahawan. Tak pernah sekalipun untuk bercita – cita menjadi seorang manager ataupun seorang direktur sebuah perusahaan. Semangat wirausaha itu pun masih tetap ada sampai saat ini. Kalau bisa dibilang, skrng bekerja hanya untuk bertahan hidup. Bukan suatu tujuan hidup utama. Disela – sela kesibukan kantor, selalu saya sempatkan untuk berpikir tentang usaha yang mau saya buat. Salah satu nya adalah membuat sebuah startup business dalam bidang website.
Tapi ternyata untuk membuat suatu usaha seperti ini membutuhkan suatu effort yang besar. Beberapa kali saya mencoba, selalu saja gagal (sampai saat saya menulis artikel ini). Saya pun berpikir, sebetulnya dimana sih letak kesalahan saya yang membuat saya selama ini gagal ditengah jalan.
Terlalu banyak interferensi pemikiran dari pihak luar
Saya membaca, menonton, bahkan mengikuti suatu acara startup yang berbayar untuk mengisi untuk menambah wawasan saya. Tapi sejujur nya, saya pikir itu bukanlah suatu yang essensial untuk diikuti. Dan beberapa acara / video / tulisan bukan lah merupakan suatu hal yang pantas untuk diikuti khusus nya untuk saya. Mungkin acara tersebut lebih tepat ditujukan untuk orang – orang sudah memiliki usaha langsung. Bahkan beberapa malah menyesatkan saya dalam usaha membangun start up.
Partner Startup
Salah satu pembicara yang sangat terkenal dan sering menjadi pembicara pada podcast yang ada pada stanford enterpreneur corner. yaitu Guy Kawasaki. Beliau memiki konsep yang membuat saya menjadi terpatok pada pemikiran nya. Beliau memiliki suatu pendapat bahwa untuk membangun startup business selayaknya tidak sendiri. Paling tidak ada 3 orang dalam satu team dalam memulai suatu start up business.
Saya pun awal nya berpikiran sama seperti beliau. Berusaha untuk mencari team yang dapat diajak untuk bekerja sama. waktu kemarin saya memikili team yang saya pikir cukup kuat. 3 orang yang memiliki back ground berbeda bekerja saya untuk mebuat suatu startup. Tapi ternyata suatu konsep tidak lah selalu sesuai dengan kenyataan yang ada. Satu persatu team member mengundurkan diri dalam project tersebut. Hingga akhir nya saya pun tinggal seorang diri.
Project yang terlalu besar
Dengan sedikit berat hati saya pun tetap melanjutkan project tersebut. Project tersebut dapat dibilang project yang cukup besar untuk dilakukan oleh team kecil. Bahkan kalau saya hitung, project tersebut dapat dilakukan oleh 10 orang bekerja fulltime itu pun menbutuhkan waktu yang cukup lama. mungkin setengah tahun.
Ide tanpa eksekusi yang baik
Beberapa hal yang sangat saya kecewakan pada team saya kemarin adalah kegiatan menggali ide tanpa suatu eksekusi yang baik.Bahkan saya sempat mengatakan bahwa suatu ide yang brilian tidak akan membuat program menjadi nyata. Tapi untuk membuat suatu program kita harus menuangkan ide tersebut kedalam ribuan baris code.
Kemarin saya sempat membaca suatu artikel , pada artikel tersebut dijelaskan bahwa suatu ide tidak akan membuat anda menjadi kaya. tapi eksekusi lah yang tepat lah yang membuat anda menjadi berharga.
Ketakutan untuk mencoba kembali
Setelah pengalaman tersebut, saat ini saya menjadi sangat terbebani oleh pemikiran saya sendiri. terkadang saya malah “takut” untuk memulai pemikiran baru. Karena takut akan kegagalan demi kegagalan dalam membangun ide menjadi suatu startup.
Beberapa hari kemarin, saya mencoba membangun diri saya kembali. Menelaah setiap sisi yang membuat saya gagal. Sampai akhir nya saya mencoba kembali untuk memberanikan diri untuk mencoba kembali menuangkan ide untuk dijadikan suatu start up. Setelah itu saya pun memiliki beberapa prinsip untuk memulai start up itu :
Dengan beberapa prinsip tersebut. Semoga dalam jangka dekat proyek kecil saya dapat selesai. Paling tidak dapat saya gunakan sendiri. Karena memang project tersebut saya buat untuk mengatur kehidupan personal pribadi saya.
Discussion about this post