Pernah ga cowo – cowo yang akan nikah berpikir, istri harusnya kerja? usaha? atau jadi IRT aja? atau kalau kerja, kerja jadi apa? PNS? Pegawai Swasta atau yang lain?
Hal ini sering terpikirkan sejak dulu, tiap pilihan tentu memiliki konsekuensi berbeda – beda dan mungkin tiap keluarga memiliki preferensi pribadi.
Saya pribadi akan memilih beberapa preferensi, yang akan mengarahkan pilihan mengerucut kesalah satu pilihan tersebut
- Anak: tentu banyak pasangan akan mendambakan memiliki buah hati. Dan tidak pernah bisa membayangkan kalau anak saya diasuh orang lain selain istri. Oleh karena itu untuk kondisi ini, pilihannya antara IRT atau usaha. Karena kalau usaha, sang istri harusnya bisa memiliki keleluasaan ngurusin anak disaat kerja.
- Resiko: Sebagai manusia, kita juga harus sadar bahwa semua keadaan mungkin terjadi. Sakit, cacat, bahkan kematian, sebagai kepala keluarga yang memiliki fungsi melindungi keluarga agar tidak terjadi tubulensi terlalu keras, maka mengizinkan istri memiliki penghasilan sendiri sebetulnya adalah suatu keharusan. Dikondisi ini, pilihannya menjadi antara Usaha atau Kerja.
- Aktualisasi diri: waktu mencari pasangan, kita pasti akan mencari pasangan dengan kecocokan tertinggi, pasti kita pengen punya istri yang paling pinter, atau paling bisa kerja. Tapi kalau waktu nikah mendadak harus disuruh tidak melakukan apapun, itu bisa membunuh kreativitasnya, atau mungkin effectnya dia jadi bosen dan tidak bisa mengaktualisasikan dirinya. Dikondisi ini, pilihannya antara Usaha atau Kerja.
- Waktu: hal ini sangat penting buat ibu-ibu terutama di-Bali. Kebutuhan untuk ber-budaya dan ber-agama di Bali luar biasa banyak, jadi seorang istri harus bisa membagi waktu untuk menyiapkan ini, dan waktu yang dimiliki harus flexible, dan sangat susah kalau misalnya istri kerja full time dikantor agar memiliki flexibilitas seperti ini. jadi dikondisi ini pilihannya antara Usaha dan IRT
Dari semua preferensi diatas, sudah jelas kalau opsinya adalah Usaha. Sebetulnya ada beberapa kelebihan lain kalau seorang istri melakukan usaha / bisnis. Misalnya membantu finansial suami (walaupun harusnya bukan jadi tujuan), selain itu juga kalau misalnya sang istri sudah memiliki feeling dalam berbisnis, dia juga bakalan lebih mudah menurunkan jiwa bisnis tersebut ke anak.
Tentu hal ini tidak selalu menjadi hal yang positif, karena kalau sang istri terlalu dalam berbisnis, bisa jadi keluarga yang terbengkalai. Oleh karena itu memilih usaha yang tepat, misalnya usaha yang bisa didelegasikan, menjadi keharusan.
Discussion about this post