Sekolah Anak
Beberapa hari lalu, istri bertanya kepada saya, kemana anak kami…
Kita tau belakangan ini banyak startup berguguran. Bahkan di sebuah surat yang dikirimkan oleh Sequioa capital berjudul R.I.P Good time, menceritakan bahwa masa VC untuk mensupply dana yang jor-joran kepada startup telah berakhir. Selama ini image startup lebih condong terhadap bisnis dibidang technology. Walau sejatinya banyak ilmu dan mekanisme dalam startup yang bisa digunakan dalam bisnis konvensional lain.
Menurut saya pribadi seharusnya kita memposisikan startup itu sebagai sebuah kegiatan untuk mencari bentuk usaha. Saat menciptakan startup, tentu kita memiliki premis yang mengawali. Belum tentu premis awal tersebut benar. Bisa jadi total salah, bisa jadi setengah besar (setengah salah), bisa jadi totally benar.
Premis yang kita jadikan patokan sebisa mungkin di test dulu sebelum kita betul – betul merealisasikan nya menjadi sebuah produk. misalnya kalau kita mau jual makanan, kita test dulu apakah orang menyukai makanan tsb. atau kalau kita mau bikin e-couse, kita coba bikin landing page and pastikan kalau orang menginginkan e-course tersebut misalnya dengan menciptakan landing + sign up page kalau ada yang berminat dan tentu saja harus diiklankan. Validasi market tidak selalu diperlukan terutama untuk produk yang sudah jelas dibutuhkan oleh masyarakat.
Setelah premis itu di validasi, premis yang kita jadikan patokan awal startup juga harus di extract menjadi produk. Produk yang akan diciptakan juga sebaik mungkin memiliki feature se-minimal mungkin untuk bisa bekerja, atau bisa disebut MVP (Minimal Viable Product. Atau product minimal yang harus dimiliki sebelum kita menjual ke market. Misalnya developer rumah, MVP yang diperlukan untuk bisa menjual rumah adalah gambar dari property tersebut. Atau kalau dalam sebuah software, MVP untuk website seperti instagram adalah register, bisa post photo, dan follow user lain.
Sebagai kegiatan yang bertujuan mencari suatu bentuk, hal yang paling sering kita lakukan pada startup adalah experiment. Iterasi percobaan ini seharusnya dilakukan berulang terus menerus, sampai kita mendapatkan product yang betul – betul maksimal dan dapat diterima. tiap kegiatan experiement ini harus diperhatikan value awal kita menciptakan usaha ini.
Nah skrng startup sudah menjadi sebuah usaha yang mendapatkan bentuknya. lalu apa yang kita akan lakukan untuk mengembangkan usaha? Dalam bisnis, ada beberapa hal yang sudah pasti menjadi sumber untuk perkembangan. Yaitu tenaga, dan finansial, mereka saya sebut sebagai leverage. Tentu kita ga bakalan bisa hanya menggunakan tenaga kita sendiri saja. oleh karena itu kita bisa me-leverage tenaga melalui hiring. Selain itu terdapat leverage finansial yang dapat digunakan untuk meningkatkan usaha, ada beberapa skema yang bisa dipakai, misalnya pinjaman, investor murni, atau kerja sama.
Leverage yang kita miliki biasanya digunakan untuk melakukan 2 hal ini, yang pertama adalah untuk mengakusisi user, dan yang kedua untuk me-maintain user tetap menggunakan produk pada usaha kita. Ini bergantung pada stage mana startup ini berada.
Pengusaha harus memiliki 3 hal basic yang penting agar usahanya tetap berjalan dengan baik. Perseverance, dan flexibility, dan adaptability. Perseverance artinya semangat yang ga habis2, ga gampang menyerah. tp disisi lain, tetap flexible karena perubahan pasti akan selalu terjadi selalu membuka pikiran terhadap posibility. dan mengadaptasikan bahkan kalau diperlukan juga pivot usaha kalau kejadian berubah arah.
Discussion about this post